Pabuaran, — Komisaris PT Garam (Persero), Masril Koto, menegaskan bahwa program Makan Bergizi Gratis (MBG) bukan proyek politik, melainkan warisan bangsa untuk generasi masa depan.
Ia menyampaikan hal ini dalam perbincangan di kanal YouTube Kliksiar TV bersama Adrian “Toaik” Tuswandi, penggagas Top 100 Channel, Selasa (28/10/2025).
Masril menyebut program MBG bukan sekadar pembagian makanan di sekolah, melainkan investasi jangka panjang untuk kualitas sumber daya manusia.
“Gizi anak menentukan masa depan bangsa. Ini bukan proyek, tapi amanah besar,” ujarnya tegas.
Masril menjelaskan bahwa dapur MBG memiliki peran penting dalam membangun ekonomi daerah.
Setiap dapur dapat menyerap enam tenaga kerja dan membeli bahan pangan dari petani lokal.
Namun, menurutnya, dapur MBG harus memenuhi standar kesehatan dan kebersihan.
“BPOM harus menjaga standar dapur, sementara Dinas Kesehatan memastikan takaran gizi sesuai usia dan berat badan anak,” jelas Masril.
Ia menyoroti bahwa masih banyak pelaksana di lapangan belum memahami standar yang berlaku.
Beberapa bahkan mencoba mencari keuntungan politik.
“Ini tentang makanan anak-anak. Jangan ada kepentingan di dalamnya,” tegasnya lagi.
Masril mendorong Badan Gizi Nasional (BGN) menjadi garda depan dalam implementasi MBG.
Ia menyarankan pembangunan satu dapur per kabupaten sebagai model awal sebelum diperluas secara nasional.
Menanggapi isu penyimpangan, Masril mengajak masyarakat aktif mengawasi.
“Kalau ada pelanggaran, laporkan ke jalur resmi seperti KPK atau kepolisian. Jangan menghujat programnya, tapi awasi pelaksanaannya,” katanya.
Masril juga mengapresiasi ketegasan Presiden Prabowo Subianto dalam menjalankan program ini.
“Beliau tak mundur menghadapi kritik. Tujuannya jelas, memberi gizi untuk anak bangsa,” ungkapnya.
Ia menutup dengan pesan reflektif tentang makna program MBG.
“Memberi makan anak sekolah bukan hal sepele. Dari sepiring nasi bergizi, kita bisa menyelamatkan masa depan bangsa. Jangan biarkan niat baik presiden dikerdilkan oleh kepentingan sempit,” ujarnya menutup wawancara. (***)












